vic’s blog

February 21, 2008

Liga Indonesia dan 16 Besar Liga Champions

Filed under: Soccer — vicknuril @ 1:30 am

Wah ini perhelatan seru yang ditunggu-tunggu pecinta bola sejagad… 16 besar liga champion yang mempertemukan klub – klub raksasa dunia. Di sana banyak klub – klub kaya, dengan pemain – pemain bintang yang bergaji super mahal, denga stadion yang “wah”, dan dengan suasana stadion yang nyaman dan aman.Saya berandai – andai, coba salah satu pemain kita ada yang main di situ, betapa bangganya. Apalagi kita mempunyai liga yang sekualitas dengan itu, aduh…. rasanya rugi permanen jika gak nonton bola. tapi yang namanya andai ya andai.

Yang menjadi uneg – uneg saya adalah, masa sih masyarakat bola Indonesia terutama seluruh jajaran pengurus persepakbolaan Indonesia tidak tergugah sama sekali saat melihat tontonan semacam itu. Kalopun tergugah, kok ya ligaIndonesia ya seperti ini – ini saja. Apalagi tim nas-nya. Waduh….

Kalau berbicara bola, sepengetahuan saya sebagai rakyat kecil, itu adalah tanggung jawab seluruh masyarakat pemain, klub, supporter, media, seluruh masyarakat dan PSSI tentunya. Sepak bola di Negeri ini sebenarnya mempunyai potensi yang luar biasa besar, luar biasa dahsyat, dari segi bisnis dan industri juga luar biasa bukan main – main. Dari segi pasar? dibandingkan dengan negara eropa barat manapun, kita jauh lebih banyak. Supporter fanatik? tidak ada lagi yang meragukan kefanatikan theJak, Aremania, Viking, dan supporter – supporter fanatik lain. Pemain? negara kita ini masyarakatnya ratusan juta, masa iya gak ada pemain bagus dari orang sebanyak itu.

Pendeknya, negeri ini mempunyai seluruh persyaratan – persyaratan untuk mempunyai liga yang hebat sbagaimana liga – liga di Eropa Barat atau Amerika Latin. Yang jadi masalah, bagaimana caranya???

Janganlah kita sepenuhnya menyalahkan PSSI, walaupun dalam kenyataan PSSI merupakan penangungjawab utama hal ini. Kita berangkat saja dari Klub. Kita bisa lihat dengan jelas, berapa klub – klub di Liga Indonesia yang hidup dari dirinya sendiri, yang bisa ikut liga tanpa back up APBD, yang mampu mengontrak pemain asing ataupun pelatih, lebih dari 3 tahun, yang mampu membangun stadion-nya sendiri sehingga klo hujan tidak seperti kolam. Klub mana itu?

Bandingkan itu dengan klub – klub eropa? Bukan apa2 klub kita ini, sama sekali bukan apa2. Kok bisa seperti itu? malah klo dalam pandangan saya, itu adalah hal yang tidak dapat diperbandingkan. Mengapa? karena klub luar itu adalah klub bola dan klub – klub (walaupun tidak semua) kita itu sebenarnya bukan klub bola, tapi lebih pada sekedar proyek Pemda. Kok bisa? Coba kita beredel satu – satu, dana dari klub kita ini didapatkan dari APBD, dana hibah tepatnya, stadionnya juga milik Pemerintah Daerah, Status klubnya juga milik Pemerintah Daerah, Pengurusnya sebagian juga dari kalangan Pemerintah Daerah. Klo sudah seperti itu masa ya ga boleh klo dibilang proyek Pemda. Wong ya kemarin sudah terbukti, pas keluarnya Permendagri 59/2007, yang isinya larangan untuk membiayai klub sepak bola, klub – klub pada geger.

Kalo caranya begitu, proyek klub – klub itu sifatnya hanya setahunan, yang penting adalah bagaimana tahun ini, tahun depan belakangan (tunggu berapa APBD-nya dulu). Makanya jangan heran klo kontrak kebanyakan setaun, kualitas stadion ya itu2 saja, dan pemain – pemain asing-nya ya sekelas itu2 saja.

Untuk beralih dari kondisi ini jelas, klub tidak boleh bergantung terhadap APBD lagi. Swastanisasi klub. Klub harus menjadi sebuah entitas perusahaan yang berdiri sendiri yang tidak dapat hidup jika hanya diam. Biar, APBD biar untuk membangun infrastruktur lain, yang alih – alih secara tidak langsung juga nantinya akan mempunyai imbas terhadap dunia sepak bola.

Ini adalah tugas PSSI untuk mengundang investor mempromosikan klub. Banyak yang dapat diiming-imingkan kepada investor, salah satunya adalah market. Pasar peminat bola di negeri ini yang sangat besar dan supporter – supporter fanatik yang loyal.

Dan tugas klub adalah mengatur bagaimana klub dapat survive dan mengembangkan skalanya. Klub dapat mempunyai sebuah rencana jangka panjang, baik dari segi bisnis ataupun sepakbola-nya sendiri.

Tugas supporter adalah mengalihkan atau merubah definisi fanatik. Fanatik bukan berarti ngamuk saat klub-nya kalah, apalagi membakar atau merusak stadion, lebih konyol lagi yang dirusak adalah stadion sendiri. Fanatik bukan berarti harus tiap waktu nonton walopun harus tanpa tiket. Fanatik bukan berarti berkostum klub kebanggaan, tapi kostum itu bajakan. Fanatik semacam itu adalah fanatik yang egois, fanatik yang hanya menginginkan kemenangan dan kesenangan pribadi tanpa peduli kondisi yang diidolakan.

Fanatik yang ideal adalah fanatik yang dapat menimbulkan adanya rasa memiliki dan peduli terhadap klub. Artinya, fans benar – benar mengerti kebutuhan klub, sehingga baik secara langsung atau tidak, ikut menjada dan merawat serta membesarkannya. Praktiknya, supporter ikut merawat stadion dengan cara menonton dengan tertib tanpa menimbulkan sesuatu yang dapat merusak fasilitas stadion. Supporter ikut membantu keuangan klub, dengan membeli tiket untuk menonton dan membeli souvenir – souvenir resmi dari klub.

Pendeknya, dengan merubah kesadaran dan pemahaman kita tentang kebutuhan persepakbolaan nasional, saya yakin sepak bola kita akan berubah menjadi lebih baik.

Leave a Comment »

No comments yet.

RSS feed for comments on this post.

Leave a comment

Create a free website or blog at WordPress.com.